Jendelaindonews - Keprihatinan jelas tergambar di wajah Profesor Wiku Adisasmito, Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19. Dalam konferensi pers rutin pada Kamis, 22 Juli 2021 sore, Profesor Wiku mengingatkan betapa angka kematian cenderung mengalami peningkatan selama tujuh hari terakhir. Hal itu, menurut dia, patut dijadikan sebagai refleksi bersama.
“Terlebih sudah enam hari berturut-turut angka kematian di negeri ini mencapai angka lebih dari 1.000 setiap harinya. Ini tidak bisa ditoleransi lagi, karena ini bukan sekadar angka, di dalamnya ada keluarga, kerabat, kolega dan orang-orang tercinta yang pergi meninggalkan kita,” katanya.
Kasus positif yang turun dan kesembuhan yang meningkat, Profesor Wiku menilai, haruslah disertai pula dengan turunnya angka kematian. Tak hanya itu, Profesor Wiku membeberkan bahwa zonasi risiko tingkat kabupaten/kota pun menunjukkan perkembangan ke arah yang kurang baik.
Pasalnya, Wiku mengatakan, kabupaten/kota dengan zona risiko tinggi mencatatkan angka yang paling banyak selama pandemi terjadi di tanah air, yaitu sejak 2 Maret setahun silam. Ada 180 kabupaten/kota di zona tersebut, sambungnya, yang didominasi oleh kabupaten/kota di Provinsi Jatim, sebanyak 33 kabupaten/kota. Lalu Provinsi Jateng dengan 29 kabupaten/kota, dan Provinsi Jabar sebanyak 21 kabupaten/kota.
Hingga satu hari jelang berakhirnya pemberlakukan PPKM level 4, yakni pada Sabtu, 24 Juni 2021, dampak kondisi kesehatan masyarakat akibat pandemi Covid-19 belum jauh berubah. Berdasarkan catatan pemerintah, melalui Satgas Covid-19, ada sebanyak 574.135 kasus kasus aktif Covid-19 di tanah air.
Angka itu merupakan hasil penambahan sebanyak 4.234 kasus dari Jumat (23/7/2021). Kasus aktif sendiri adalah pasien yang dinyatakan positif Covid-19 dan sedang menjalani perawatan. Angka kasus aktif diperoleh dengan mengurangi total kasus positif Covid-19 dengan angka kesembuhan dan kematian.
Sementara itu, jumlah pasien Covid-19 yang berhasil mencapai kesembuhan bertambah sebanyak 39.767 orang per hari. Sehingga total ada sebanyak 2.471.678 pasien.
Dalam kurun waktu yang sama, jumlah pasien Covid-19 yang meninggal dunia bertambah 1.415 orang, sehingga totalnya menjadi 82.013 orang. Kasus meninggal akibat wabah penyakit berbahaya ini memang terus bertambah sejak beberapa pekan belakangan.
Kenaikan kasus kematian harian yang lebih besar dari 1.000 per hari, sebagaimana yang disampaikan Profesor Wiku pada tengah pekan ini, masih terus terjadi. Terkait kasus fatalitas yang meningkat tajam dalam sepekan terakhir, Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan selaku Koordinator PPKM level 4 untuk Kawasan Jawa-Bali mengungkap sejumlah faktor yang kerap melatarbelakangi terjadinya kondisi tersebut.
"Dari hasil penelitian tim di lapangan, angka kematian meningkat karena beberapa faktor: kapasitas RS yang sudah penuh, pasien yang ketika datang saturasinya sudah buruk, serta meninggal karena tidak terpantau ketika melakukan isolasi mandiri di rumah," kata Luhut dalam dalam keterangannya, Sabtu (24/7/2021), seraya menambahkan rata-rata pasien yang meninggal menderita komorbid belum menerima vaksinasi.
Intervensi Pemerintah
Atas kondisi tersebut, Luhut pun meminta ada upaya intervensi terkait sejumlah faktor itu. "Setelah memahami faktor-faktor ini, kita harus melakukan intervensi untuk mengurangi angka kematian secara cepat," ucapnya.
Luhut membeberkan, langkah-langkah intervensi yang harus dilakukan, di antaranya meningkatkan kapasitas ICU dari RS dengan oksigen sentral pada daerah-daerah yang memiliki tingkat kematian tinggi, menyediakan isolasi terpusat dan terpantau bagi pasien risiko tinggi yang melakukan isolasi mandiri, serta koordinasi antara Dinas Kesehatan dan TNI untuk memperoleh akses paket obat gratis dari presiden.
“Selain itu, Satuan Tugas (Satgas) PPKM di level desa harus kembali diaktifkan dan melakukan pemantauan ketat terhadap setiap warga yang terindikasi mengalami gejala Covid-19,” katanya.
Tak hanya itu, Luhut juga memastikan pemerintah secara berkala juga akan menerapkan pemantauan angka kematian dengan kerangka yang mencakup jumlah kasus kematian yang sudah divaksin, kasus komorbid, klasifikasi usia, ketersediaan akses terhadap obat-obatan, perawatan oksigen, penahapan penyakit dan paparan terhadap badai sitokin serta lokasi kematian.
Oleh karena itulah, Luhut pun meminta agar semua pihak bahu-membahu mengatasi persoalan ini. "Kunci dalam menangani pandemi ini adalah disiplin dan kerja bahu-membahu. Dengan bersama-sama dan konsisten melakukan dan meningkatkan testing dan tracing, diharapkan mata rantai ini akan terputus," pungkasnya.
Laju kematian akibat Covid-19 di tanah air memang belum mereda di tengah penerapan PPKM Level 4. Dari laporan Satgas Penanganan Covid-19, kasus kematian pada Jumat (23/7/2021) masih terus menunjukkan adanya kenaikan yang signifikan.
Penambahan kasus kematian di Indonesia bahkan sempat menempatkan Indonesia di posisi tertinggi dunia. Diketahui, berdasarkan data Worldometers per Sabtu, 24 Juli 2021 pagi, secara global, dari angka 194.070.340 orang terinfeksi--sejak pertama kali virus SARS COV-2 ditemukan pada Desember 2019—total kematian telah mencapai sebanyak 4.160.337.
Dan dari jumlah total tersebut, tercatat penambahan kasus kematian harian di Indonesia pada Jumat itu menjadi yang tertinggi di dunia, yakni 1.566 kasus. Di urutan berikutnya ada Brasil dengan pertambahan sebesar 1.286. Lalu berturut-turut diikuti Rusia (+795), India (+541), dan Afrika Selatan (+450).
Dalam sepekan, angka kasus kematian akibat Covid-19 memang cukup memprihatinkan. Pada Kamis (22/7/2021), misalnya, angka kematian tercatat sebesar 1.449 orang. Lalu Rabu (21/7/2021), kasus kematian tercatat sebesar 1.383 orang.
Di awal Juli 2021, tepatnya sejak 2 Juli hingga 8 Juli, kasus kematian akibat Covid-19 di Indonesia naik sebanyak 56%, dibandingkan sepekan sebelumnya yang sebanyak 3.046 orang.
Genjot Vaksinasi
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir pernah memaparkan bahwa 90% kematian terjadi pada pasien corona yang tak mau atau belum menerima vaksin. Diketahui, secara gencar Pemerintah Indonesia telah menggelar program percepatan vaksinasi, menyusul terjadinya lonjakan kasus Covid-19 pada berapa pekan belakangan.
Total jumlah vaksin Covid-19 telah diterima Indonesia, baik dalam bentuk bulk ataupun finish product, telah mencapai angka 151,9 juta dosis. Seiring itulah, pemerintah menargetkan vaksinasi dua juta orang per hari pada Agustus mendatang.
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan sekaligus Juru Bicara Bio Farma Bambang Heriyanto mengatakan total produksi vaksin Covid-19, per 21 Juli 2021, tercatat sebanyak 86,9 juta dosis. Dari jumlah itu, 65,8 juta di antaranya mengantongi lot release dari Badan POM. Sisanya sebanyak 21 juta dosis menunggu lot releasedari Badan POM. Sedangkan akumulasi vaksin Covid-19 yang sudah terdistribusi ke seluruh Indonesia, per tanggal 21 Juli 2021 tercatat sebanyak 76,4 juta.
Program percepatan vaksinasi itu termasuk di dalamnya untuk remaja usia 12—17 tahun dan dosis ketiga bagi SDM medis di tanah air. Hingga 24 Juli 2021, update data di Covid19.go,id menunjukkan telah sebanyak 44.107.296 orang yang menerima dosis vaksin pertama dan 17.475.996 orang yang telah menerima vaksinasi dosis lengkap.
Secara lebih detil, dari total 208.265.720 target vaksinasi nasional, pada tahap pertama telah dilakukan vaksinasi terhadap 1.468.764 tenaga kesehatan. Kemudian pada tahap 2, vaksinasi diberikan kepada 21.553.118 lansia dan 17.327.167 petugas publik. Di tahap ketiga, sebanyak 141.211.181 masyarakat rentan dan umum serta bagi remaja usia 12—17 tahun sebanyak 26.705.490 yang divaksinasi.
Editor : Arief Ferdianto