Australia, Jendelaindo - Ada tren kemunduran demokrasi yang harus kita sikapi bersama. Ke depan, kita harus terus perkuat literasi politik masyarakat kita, agar demokrasi tidak dilemahkan oleh money politics, identity politics, hingga post-truth politics.” Demikian yang disampaikan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) saat diskusi bersama jajaran akademisi di Australian National University (ANU), Monash University dan University of Melbourne, dalam
lawatannya ke Australia.
Di saat yang sama, AHY juga menegaskan pentingnya kerja kolektif seluruh anak bangsa untuk berkomitmen membangun demokrasi, sebagai fondasi kuat pembangunan yang berkelanjutan.
Peraih Bintang Adhi Makayasa angkatan 2000 di Akademi Militer ini dalam diskusi yang sama juga menyampaikan perhatiannya terhadap pembangunan SDM sebagai kunci transformasi ekonomi Indonesia ke depan. “Pembangunan infrastruktur memang penting. Tapi kunci transformasi ekonomi terletak pada pembangunan kualitas SDM yang memadai, agar produktivitas dan daya saing bangsa kita semakin tinggi,” kata AHY.
Pesan AHY itu direspon secara antusias oleh para akademisi, peneliti, mahasiswa dan juga para diaspora masyarakat Indonesia yang hadir dalam diskusi di ketiga kampus ternama tersebut.
Di ANU, AHY disambut Prof. Edward Aspinall dan Dr. Eve Warburton, para Indonesianis terkemuka yang selama ini pemikirannya sangat berpengaruh dalam perkembangan wacana demokrasi di Indonesia.
“Dalam suasana kekeluargaan, serius tapi santai, saya juga berdiskusi dengan sejumlah profesor, mulai Prof. Hal Hill, dosen senior guru para ekonom Indonesia, juga Prof. Budy Resosudarmo, Dr. Sarah Dong, Dr. Ross Tapsell, Dr. Stephen Sherlock, Dr. Eva Nisa, Ibu Cut Nurkemala Muliani, Dr. Rini Astuti, Dr. Ines Atmosukarto dan mahasiswa program Doktor dari Indonesia dan Australia yang tengah menempuh pendidikan di ANU,” tambah AHY.
AHY berharap, persahabatan di antara kedua negara semakin erat. “Terlebih melalui people to people diplomacy melalui kerja sama pendidikan dan penelitian yang produktif bagi pembangunan ke depan. Second-track diplomacy ini seringkali menjadi cara yang efektif untuk menguatkan hubungan bilateral Indonesia-Australia ke depan,” imbuh AHY.
Penguatan kualitas demokrasi juga menjadi pembahasan AHY dengan para akademisi di Monash University dan University of Melbourne di Kota Melbourne.
“Banyak sekali ilmuwan dari Monash yang berkaliber dunia, termasuk mereka yang memliki minat khusus tentang studi Indonesia dan Asia Tenggara,” AHY menerangkan. Dalam diskusi AHY menjelaskan arti penting hubungan Indonesia-Australia, isu-isu global yang harus dihadapi bersama, serta sejumlah isu-isu demokrasi, baik di tataran global maupun di Tanah Air.
Di Monash University, AHY diterima oleh Prof. Susan Elliott AM, selaku Provost & Senior Vice President kampus Monash di Clayton, yang menjelaskan tentang sejarah dan perkembangan Monash University. Hadir pula dalam diskusi Dr. Howard Manns dari Herb Feith Centre, Prof. Julian Millie yang merupakan pakar dari Indonesian Studies, Prof. Andreas Ernst, Prof. Diego Ramirez, Dr. Paul Kellner. Turut bergabung via online, Prof. Andrew MacIntyre selaku Pro Vice-Chancellor & President Monash University Indonesia. Sementara di University of Melbourne, AHY berdiskusi dengan akademisi dipandu Prof. Vedi Hadiz, salah satu akademisi terkenal asal Indonesia yang sudah lama menetap dan berkarya di Melbourne.
Kunjungan AHY ke tiga kampus ini, merupakan bagian dari lawatan AHY ke Australia dalam rangka Spesial Visit Program atas undangan pemerintah Australia melalui Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Australia. Sebelumnya, AHY juga bertemu dan berdiskusi dengan Gubernur Jenderal, jajaran menteri, senator dan para pembuat kebijakan.
Di antara program yang sangat padat tersebut, AHY juga menyempatkan diri untuk bersilaturahmi dengan tokoh dan masyarakat Indonesia di luar negeri, diaspora, dan pelajar. AHY didampingi oleh Direktur Eksekutif DPP Partai Demokrat Sigit Raditya dan First Secretary Political The Australian Embassy Jakarta Tom Coghlan selama melakukan kunjungan ke Australia.
Laporan : Arief Ferdianto