Ruas Gilimanuk-Mengwi dibangun sepanjang 96,86 km senilai total Rp24,6 triliun dan bakal dilengkapi 28 underpass, 82 overpass, 50 jembatan, serta 13 talang irigasi.
Bali, Jendelaindo - Matahari belum lagi menanjak tinggi ke atas ubun-ubun kepala ketika beberapa orang sudah tampak berdiri di tepi jalan beraspal mulus. Mata mereka tampak serius menatap ke arah perbukitan hijau yang disesaki tanaman karet dan kelapa, sekitar 200 meter dari tempat semula berdiri.
Dari kejauhan terdengar suara deru mesin truk bak terbuka (dump truck) aneka warna seperti hijau, oranye, dan putih hilir mudik melintas di jalan beralas tanah merah kecokelatan. Bak truk-truk jenis tronton berdaya angkut maksimal 20 ton tadi ada yang kosong dan tak sedikit pula penuh terisi oleh tanah.
Di tempat yang sedikit tinggi, tampak empat unit eskavator sibuk bekerja. Alat berat berkelir biru dengan lengan mekanis sepanjang 10 meter berujung seperti mangkuk bergerigi itu mengeruk lapisan demi lapisan tanah pada dinding-dinding bukit.
Kemudian, tanah yang terangkut di dalam mangkuk bergerigi tadi dituangkan ke bak-bak kosong truk yang terparkir rapi di dekatnya. Sekitar 100 meter dari lokasi terparkirnya truk-truk yang menunggu muatan tanah, terbentang lahan datar beralas tanah yang sudah diratakan serta dilapisi oleh pasir dan batu atau sirtu.
Demikian sekelumit pemandangan dari proses cut and fill dari proyek pembangunan jalan tol Gilimanuk-Mengwi pada Seksi 2B di Banjar Sumbermis, Desa Pekutatan, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana, Bali, awal Desember 2022. Seksi 2B adalah satu dari tiga tahap ruas bebas hambatan sepanjang total 96,84 kilometer. Inilah jalan tol terpanjang di Pulau Dewata yang akan menghubungkan ujung barat dan timur melewati kawasan pesisir.
Tol yang pemancangan tiang pertamanya dilakukan di Banjar Sumbermis, 10 September 2022 lalu oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono itu terbagi ke dalam tiga tahap pengerjaan. Meliputi Seksi 1 antara Gilimanuk menuju Pekutatan sejauh 54,749 km, kemudian Seksi 2, Pekutatan-Soka (23,175 km), dan terakhir adalah Seksi 3 Soka-Mengwi (18,920 km).
Saat ini, proses pembangunan memasuki tahap pembebasan lahan masyarakat. Untuk lahan milik negara di Pekutatan, telah masuk tahap perataan tanah dan pembentukan jalur jalan selebar 40 meter dari tol, yang nantinya terdiri dari empat ruas tersebut. Proses perataan tanah sudah berjalan sejauh 4 km ke arah timur sampai Banjar Koprahan, Desa Pekutatan di Seksi 2B.
Bagi pulau berpenduduk 4,29 juta jiwa itu, ruas Gilimanuk-Mengwi akan menjadi jalan bebas hambatan berbayar kedua setelah tol atas laut Mandara (7,9 km) yang telah beroperasi sejak 23 September 2013. Tol yang dinamai Jagat Kerti ini akan mempersingkat jarak tempuh dari Pelabuhan Penyeberangan Antarpulau Gilimanuk di Jembrana menuju ibu kota Denpasar di Kabupaten Badung dari semula 5--7 jam, menjadi 1,5-2 jam saja.
Tol Jagat Kerti itu, seperti dijelaskan Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Danang Parikesit, akan melintasi tiga kabupaten. Yakni, Jembrana, Tabanan, dan Badung dengan 13 kecamatan dan 58 desa. Ini merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional yang tercantum dalam Peraturan Menko Bidang Perekonomian nomor 7 tahun 2021.
Selain jalur kendaraan roda empat dan lebih, Tol Jagat Kerti akan memiliki dua ruas khusus roda dua, masing-masing untuk motor dan sepeda. "Akan disiapkan empat tempat istirahat sementara (rest area) di Jembrana dan Tabanan yang akan dikhususkan bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)," ucap Danang.
Nantinya, kata Danang, jalan bebas hambatan ini akan mengadopsi sistem Multi Lane Free Flow (MLFF), di mana transaksi pembayaran masuk tidak dilakukan di gerbang tol. Sebaliknya, teknologi Global Navigation Satellite System (GNSS) akan diterapkan di sini yang akan terintegrasi lewat aplikasi ponsel pintar (smartphone) dan terbaca oleh satelit.
Direktur Utama PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia M Wahid Sutopo menyebutkan, Tol Jagat Kerti menjadi bagian dari penjaminan pembiayaan 42 proyek infrastruktur nasional senilai total Rp476 triliun. Kehadirannya akan membuat aksesibilitas masyarakat menjadi lebih mudah, baik dari dan ke pusat perekonomian, kawasan industri, permukiman, dan objek wisata sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Pertahankan Kearifan Lokal
Sementara itu, Basuki Hadimuljono mengatakan, dalam pembangunan jalan tol ini harus memperhatikan beberapa hal terkait status Bali sebagai lokasi wisata kelas dunia. Menteri Basuki tentu tidak asal bicara, karena sebelum pandemi saja, melansir data Dinas Pariwisata Bali, ada sebanyak 6,3 juta turis dunia menyesaki Bali pada 2019. Angka itu belum termasuk wisatawan domestik yang jumlahnya menyentuh 10 juta orang.
Proses pembangunannya tetap harus memperhatikan kearifan lokal setempat dan menghindari tempat-tempat suci. Juga jangan sampai menghambat lalu lintas masyarakat yang akan bersembahyang ke pura. Atau merusak subak, sistem irigasi tradisional Bali yang telah diakui dunia.
Oleh karena itu, dalam perencanaannya, akan dibangun pula lintasan berupa 28 jalan bawah tanah (underpass), 82 jalan layang (overpass), serta 13 talang irigasi. "Sebagai lokasi wisata dunia, Bali harus menunjukkan mampu membangun jalan tol berkualitas terbaik dan memperhatikan aspek estetika serta bukan sekadar struktur-strukturnya. Kita juga harus menjaga kelestarian lingkungan hidup di sekitar jalan tol. Tadinya kami akan membuatnya melewati bagian tengah membelah pulau, tapi itu justru akan merusak lingkungan. Sehingga kita pilih jalur pantai," jelas Menteri Basuki.
Gubernur I Wayan Koster berharap, jalan tol yang dikerjakan oleh konsorsium tiga perusahaan, yaitu PT Sumber Rhodium Perkasa, PT Cipta Sejahtera Nusautama, dan PT Bumi Sentosa Dwi Agung, mampu memberi banyak manfaat bagi masyarakat Bali. Ia pun menjamin, pembebasan lahan akan mengikuti ketentuan pemerintah dengan mengacu kepada Undang-Undang nomor 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
Ketika tol ini rampung dikerjakan seluruhnya pada 2025, Koster berharap, kehidupan masyarakat Bali akan makin sejahtera dan bahagia secara niskala-skala atau duniawi dan nonduniawi. Ini sesuai visi pembangunan Bali yakni Nangun Sat Kerthi Loka Bali lewat pola pembangunan semesta berencana menuju Bali era baru.Red/Hms