Sementara dari sisi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sanggup menyumbang Rp117 triliun atau 113% dari target. Meski masih lebih rendah dari tahun 2022 sebesar 21,3% atau Rp148 triliun.
Susutnya perolehan PNBP mengikuti pola harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian crude price (ICP). Begitu komoditas minyak mentah dunia anjlok, ICP turun ke level USD78,43 per barel.
Jauh dibandingkan tahun sebelumnya, menyentuh angka USD97,03 per barel. Menurut Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji, hal itu dipengaruhi adanya konflik geopolitik antara Rusia-Ukraina dan Palestina-Israel.
Di sisi lain, nilai investasi migas justru meroket. Secara keseluruhan naik 12% atau USD15,6 miliar masuk ke kantong negara. Rinciannya, USD13,72 miliar bersumber dari sisi hulu dan USD1,88 dari hilir.
Ditelisik lebih jauh, investasi hulu migas mencapai lebih 5% dari Long Term Plan serta mengungguli tren investasi Exploration & Production (E&P) Global sekitar 6,5%.
Oleh karena itu, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mematok angka investasi lebih tinggi sebesar USD17,7 miliar di tahun 2024.
Sementara itu, tercatat pada 2023, sebanyak 13 wilayah kerja minyak dan gas bumi (WK Migas) telah ditandatangani. Di mana pada tahun lalu, ada 10 WK Migas yang ditawarkan. Selebihnya adalah WK Migas dari penawaran di 2022, yang baru diteken pada 2023.
Adapun Total Firm Commitment dari penandatanganan 13 WK Migas pada 2023 tersebut sebesar USD178,6 juta. Rinciannya dari ke 13 WK Migas yang ditandatangani tersebut tersebar di berbagai wilayah Indonesia, yakni Offshore Northwest Aceh, Bireun Sigli, Offshore Southwest Aceh, West Kampar, Jabung Tengah, Beluga, East Natuna, Paus, Sangkar, Bengara I, Akia, Peri Mahakam, dan Bunga.
Jika ditinjau lagi dari sisi produksi, sebanyak 68% produksi minyak mentah di Indonesia berasal dari Pertamina. Hal ini menjadikan BUMN migas tersebut sebagai produsen minyak mentah terbesar di Indonesia. Hingga akhir 2023, tercatat tingkat produksi subholding hulu PT Pertamina Hulu Energi mencapai 566 ribu barel minyak per hari (barrel oil per day/BOPD). Angka itu setara dengan 68% produksi minyak mentah nasional.
Sementara itu, untuk produksi gas 2023 dari subholding hulu menyumbang 33% produksi nasional. Jumlahnya setara dengan 2.766 Juta Standar Kaki Kubik per Hari (Million Standard Cubic Feet per Day/MMSCFD). Dengan demikian, total produksi migas Pertamina mencapai 1.044 ribu barel setara minyak per hari (MBOEPD).
Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso mengungkap, berdasarkan data SKK Migas, sebagian besar dari 10 perusahaan produsen minyak terbesar yang beroperasi di dalam negeri, merupakan anak usaha atau afiliasi Pertamina. “Ini menunjukkan komitmen kami dalam menjaga ketahanan energi nasional,” ucap Fadjar.
Produksi migas terbesar berasal dari Pertamina EP, Pertamina ONWJ, Pertamina Hulu Mahakam, serta Pertamina Hulu Rokan yang mengambil alih operasional Blok Rokan pada Agustus 2021. Blok Rokan mampu menyumbang produksi minyak tertinggi di Indonesia, yakni sebesar 161.623 barel per hari.
Sementara itu, Kementerian ESDM mencatat pada 2023 untuk investasi migas tercapai USD15,6 miliar dari target USD17,4 miliar. Dengan lifting minyak sebanyak 605,5 MBOPD dari target 660 MBOPD, disusul dengan lifting gas bumi sebanyak 960 MBOEPD dari target 1.100 MBOEPD.
Guna mempercepat proses perizinan migas, sektor migas terus berbenah, sehingga untuk perizinan hulu migas, rata-rata 5,9 hari, di bawah service level agreement (SLA) 8-10 hari. Sedangkan untuk perizinan hilir migas rata-rata 9,41 hari dengan SLA 8-10 hari.
Hal ini merupakan upaya pemerintah untuk meraih target produksi minyak bumi sebanyak 1 juta BOPD dan produksi gas bumi 12 BSCFD pada tahun 2030. Untuk menahan laju penurunan produksi minyak nasional, maka pemerintah bersama para produsen terus mendorong lebih banyak eksplorasi dan eksploitasi di wilayah kerja migas.
Sumber : indonesia.go.id