Banjarnegara, Jendelaindo - Fenomena embun es atau Frost di Dataran Tinggi Dieng (DTD) Banjarnegara, merupakan kejadian alam tahunan yang selalu dinantikan wisatawan.
Ada dua lokasi atau titik turunnya embun es yakni kawasan Candi Arjuna dan Candi Setyaki di Desa Dieng Kulon Kecamatan Batur, Banjarnegara.
Saat frost turun hamparan putih begitu menakjubkan dan udara dingin serasa di Eropa. Fenomena ini membuat wisatawan penasaran terhadap kemunculan embun es di Dataran Tinggi Dieng (DTD) Banjarnegara.
Hadirnya alat pengukur tekanan suhu permukaan tanah (Stasiun Cuaca Dieng) juga mempermudah wisatawan memantau pergerakan suhu udara di sana.
Berdasarkan pantauan Stasiun cuaca Dieng, terjadi tren penurunan suhu sejak sore hingga pukul 24.00 WIB.
Bahkan wisatawan dapat mengakses aplikasi Stasiun Cuaca Dieng melalui ponsel Android. Berdasarkan informasi, embun es sudah terjadi tujuh (7) kali pada bulan Juli 2024 dan setahun ini 14 kali. Sedangkan pada tahun 2023, sebanyak 49 kali.
Hal ini dibenarkan oleh Aryadi Darwanto, pembuat aplikasi pengukur suhu permukaan tanah saat dihubungi awak media, Rabu (24/7/2024).
"Suhu terendah baru - 2 derajat celcius. Diperkirakan puncak frost akan turun di DTD pada Agustus ," jelasnya.
Terpisah, Drs Tursiman MSi, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Banjarnegara menambahkan, bahwa fenomena alam embun es di DTD menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Hal ini tentu dilihat dari kunjungan wisatawan yang menunjukan tren kenaikan saat terjadi atau turunnya embun es.
Kerugian Petani Kentang
Fenomena embun es atau warga di Dataran Tinggi Dieng (DTD) kerap menyebutnya bun upas, sebenarnya sebuah ancaman karena dapat mematikan tanaman kentang.
Tanaman primadona petani di Dataran Tinggi Dieng (DTD) yang gagal panen akibat embun es juga tidak sedikit bisa mencapai puluhan hektar. Padahal biaya tanam 1 hektare saja mencapai Rp 45 - 50 juta.
Slamet Budiono, Kades Desa Dieng Kulon Kecamatan Batur yang juga sebagai petani kentang menyampaikan, selama ini belum ada cara mengantisipasi tanaman kentang dari serangan embun upas (Frost).
"Ya kita hanya pasrah saja, ya memang ini dilematis. Embun es itu mendatangkan wisatawan tapi di sisi lain, petani bisa merugi jika gagal panen," katanya.
Rohmat Kasi Kesra Desa Dieng Kulon, menambahkan, lahan kentang yang rusak terkena embun es sekitar 2,5 hektar sebagian besar berumur panen dan ada yg masih bisa bisa berkembang lagi sampai usia panen.
Lahan kentang yang rusak berada komplek Candi Arjuna, lapangan Pandawa, blok kali Bana, selatan SDN Dieng kulon dan di Kampung Telaga Wiwi (utara TK pertiwi), kemudian di Dukuh Karang Sari dan di area tanah GG tanah kas desa.
Kalau untuk tanaman kentang bila di umur 15-30 hari kena embun upas ringan, biasanya masih bisa bertunas lagi tapi jika di umur 40 keatas daunnya kering gugur dan kemungkinan gagal panen.
(aff/fff)