Banjarnegara, Jendelaindo - Debat ke dua Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Banjarnegara yang berlangsung di Golden Ballroom Surya Yudha, Kamis (14/11) berjalan rusuh. Acara debat yang digagas oleh KPUD Banjarnegara tersebut, seakan menjadi kado terakhir bagi kandidat para pasangan calon (Paslon) Bupati-Wakil Bupati Banjarnegara.
Debat terakhir yang diharapkan berjalan dengan mulus tanpa adanya kerusuhan, nampaknya justru menjadi terbalik. Insiden yang terjadi ini bukan hanya terjadi di luar saja, namun kerusuhan juga terjadi di dalam ruangan debat.
Sementara dari pantauan Wartawan di lokasi, kerusuhan yang terjadi di dalam ruang debat ini berawal saat para pendukung atau tim sukses saling bersorak menyuarakan nomor urut paslon. Diketahui, kandidat di Banjarnegara hanya menampilkan dua sosok calon, yaitu nomor 1 dr. Bugar Wijiseno-Fahmi Umar Irawan dan nomor 2 dr. Amalia Desiana-Wakhid Jumali.
Adanya insiden yang terjadi, hal ini dapat disimpulkan bahwa Pilkada Banjarnegara minimnya pendidikan politik dan tidak menginginkan Pilkada berjalan aman, damai dan riang gembira. Insiden ini menggarisbawahi, pentingnya pendidikan politik dalam menjaga kedamaian dan kewibawaan dalam pesta demokrasi.
Akibat insiden tersebut, pihak kepolisian terpaksa harus berperan aktif dalam menjaga kondusifitas dan keamanan di lokasi tersebut. Bahkawan, pihak polisi juga langsung mengambil langkah tegas berjaga di tengah-tengah para pendukung paslon.
Kerusuhan yang terjadi di dalam ruang debat ini, berlangsung saat Break. Meski kejadian sempat dilerai oleh pihak kepolisian, namun insiden ini menjadi suatu hal yang memilukan.
Calon Bupati-Wakil Bupati Banjarnegara nomor urut 1, dr. Bugar Wijiseno, dan Fahmi Umar Irawan, menyuarakan harapan mereka agar Pilkada Banjarnegara dapat berjalan dengan damai dan kondusif. Selain itu, Bugar-Fahmi juga mengingatkan kepada pendukungnya untuk bersikap tenang serta menjunjung tinggi etika dalam berpolitik.
Pesan perdamaian dari kedua calon ini, menggambarkan kesadaran akan tanggung jawab moral yang dimiliki oleh setiap pemimpin dan pendukungnya. Mereka memahami bahwa kearifan berdemokrasi tidak sekadar dalam meraih kemenangan, namun juga dalam menjaga kedamaian, semangat sportivitas, dan kehormatan dalam perbedaan.
Kita semua dapat mengambil contoh dari sikap kedewasaan politik yang ditunjukkan oleh dr. Bugar Wijiseno dan Fahmi Umar Irawan ini. Dalam menghadapi perbedaan pandangan dan pilihan politik, penting untuk tetap membangun komunikasi yang baik, menghormati satu sama lain, dan selalu menjaga nurani dalam berdemokrasi.
Momentum ini memperkuat pentingnya kerjasama antar seluruh pihak dalam menjaga kedamaian selama proses pemilihan, dengan memupuk sikap saling menghormati dan bekerjasama, kita dapat melangkah menuju pesta demokrasi yang sejati, di mana setiap suara dihargai dan dihormati tanpa terkecuali.