JENDELAINDO - Empat tahun perjalan Bupati dan Wakil Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi (Tiwi) dan Sudono banyak meninggalkan jejak untuk masyarakat luas.
Mulai dari kesulitan keluar dari belenggu Covid -19 hingga mengentaskan kemiskinan ektrem hingga pengangguran.
Bahkan pada saat menggelar malam keakraban dan silaturahmi dengan insan pers & influencer di Mount Slamet Glamping, banyak hal lain yang cukup menarik untuk disingkap.
Semisal, pencapaian Tiwi di bidang kesehatan, pendidikan, hingga ekonomi yang sempat terguncang hebat karena wabah Covid -19.
Saat Tiwi dilantik sebagai bupati, tepatnya tanggal 26 Februari 2021, pandemi Covid-19 menyerang negeri ini.
Saat itu hampir seluruh kota fokus menangani badai Covid-19 dan pemulihan ekonomi sesuai arahan Presiden.
Kondisi ini baginya, tentu tidak mudah karena pemerintah daerah harus melakukan refocusing anggaran besar-besaran.
Capaian Signifikan Pasca Covid-19
Salah satu capaian signifikan yang disampaikan adalah keberhasilan menurunkan angka kemiskinan. Pada tahun 2021, angka kemiskinan di Purbalingga tercatat 16,24%.
Melalui berbagai program pengentasan kemiskinan, angka tersebut berhasil turun menjadi 14,18% di tahun 2024.
"Penurunan kemiskinan di tahun 2024 sebesar 0,81% merupakan yang tertinggi di Jawa Tengah. Untuk pertama kalinya dalam 20 tahun terakhir, Purbalingga keluar dari lima besar kabupaten termiskin di Jawa Tengah," jelasnya kepada wartawan. Kamis (20/2).
Di sektor kesehatan, Tiwi menegaskan komitmen pemerintah daerah dalam memberikan layanan kesehatan gratis bagi masyarakat kurang mampu melalui program Universal Health Coverage (UHC).
"Kami adalah kabupaten pertama di wilayah Barlingmascakeb yang menerapkan UHC. Langkah ini kemudian diikuti oleh kabupaten lain, dan Purbalingga mendapatkan penghargaan UHC Award atas keberhasilan ini," jelasnya.
Selain itu, penurunan prevalensi stunting menjadi perhatian utama. Di awal masa kepemimpinan pada 2021, angka stunting berada di 15,6%, namun berhasil ditekan hingga 11,34% pada 2024.
"Berkat keberhasilan ini, Purbalingga mendapat apresiasi langsung dari Wakil Presiden Ma’ruf Amin dan menjadi pilot project penanganan stunting di tingkat nasional. Kami juga menerima dana insentif sebesar Rp 6 miliar dari pemerintah pusat," tambahnya.
Dalam bidang pendidikan, Tiwi memprioritaskan perluasan akses perguruan tinggi di Purbalingga. Sejak 2021, beberapa perguruan tinggi baru hadir di Purbalingga, seperti UNPERBA, ITBMP, Politeknik Madyathika, hingga UIN Saifuddin Zuhri.
"Kami berusaha membuka jalan bagi generasi muda agar bisa melanjutkan pendidikan tinggi dengan lebih mudah. Selain membangun akses, kami juga menyediakan beasiswa bagi siswa berprestasi dan kurang mampu," jelasnya.
Capaian positif juga terlihat pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang meningkat dari 69,15% di tahun 2021 menjadi 70,97% pada 2024.
"Peningkatan ini adalah hasil dari sinergi berbagai sektor, mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga pelayanan publik," katanya.
Meski dihadapkan pada keterbatasan anggaran, Tiwi mengungkapkan bahwa sektor ekonomi juga mengalami pertumbuhan. Angka pengangguran terbuka yang semula 6,05% di 2021 berhasil ditekan menjadi 4,96% di 2024.
"Di tengah tantangan ekonomi global yang sulit, kami bersyukur angka pengangguran di Purbalingga terus menurun. Investasi di Purbalingga selama 2021-2024 juga mencapai Rp5,11 triliun," ujarnya.
Di akhir paparannya, Tiwi menekankan bahwa prioritas utama pemerintahannya selama empat tahun terakhir adalah memberikan pelayanan dasar yang merata kepada masyarakat.
"Kami menyadari masih banyak kekurangan, terutama di sektor infrastruktur. Namun, di balik itu, kami bekerja keras untuk memastikan pelayanan dasar, seperti kesehatan dan pendidikan, dapat dirasakan seluruh masyarakat Purbalingga," katanya.
Dengan berbagai capaian tersebut, Tiwi berharap pemimpin Purbalingga selanjutnya dapat melanjutkan perjuangan untuk mewujudkan Kabupaten Purbalingga yang lebih maju dan sejahtera.
Tiwi juga menyampaikan rencananya setelah purna tugas, akan mendampingi suami di Jakarta. Ia berencana memiliki lebih banyak waktu luang untuk keluarga dan meningkatkan kapasitas diri dengan melanjutkan studi S3 serta menjadi dosen, di mana sudah ada penawaran dari beberapa universitas.
"Sebetulnya passion saya dari awal adalah mengajar, dan saya punya mimpi tertunda untuk melanjutkan S3. Rencana ini sudah saya pikirkan sejak beberapa tahun terakhir, tetapi tertunda karena kesibukan sebagai bupati," jelas Tiwi.
"Setelah purna tugas, saya akan memanfaatkan waktu luang tidak hanya untuk keluarga, tetapi juga untuk meng-upgrade kapasitas diri," imbuhnya,
"Kebetulan, sudah ada beberapa universitas yang menawarkan saya menjadi pengajar di sana. Jadi, sambil menjalani S3, saya ingin memanfaatkan waktu untuk berbagi ilmu dan memberikan manfaat bagi banyak orang," Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi menambahkan.